A plane was delayed and an elderly woman removed from an aircraft at Denver International Airport after she joked she was carrying a detonator.

The woman was questioned by police on Wednesday after she apparently jested that she had an explosive device in her bag.

The flight crew on Southwest Airlines Flight 3687 notified Transportation Security Administration officials that a passenger had made an appropriate comment while the plane was at the gate.
 

Bad joke: An elderly woman was removed from a Southwest Airlines plane on Wednesday for 'joking' that she had a detonator in her bag


Concerned for passenger safety, the pilot also called police and asked the woman to get off the plane.

Laurie Hansen who was on board the aircraft said: 'When we looked up we saw some police officers in the front and we saw an older woman really rattled, trying to get her stuff'.

A flight attendant relayed to Hansen that when the old lady handed her bag to the crew member she jokingly said, 'Oh, be careful with my bag, it has a detonator in it'.
'Oh, be careful with my bag, it has a detonator in it'
 


A nearby passenger heard the statement and said, 'If that was me they would have thrown me off the plane'. The woman's comment was not ignored because of her age and was taken seriously.

Hansen said she believed the woman had misused the word detonator and meant defibrillator or another kind of medical device.

She said the woman seemed to be very weak and the flight attendant told several passengers that she may have been on some kiond of medication that clouded her thinking.

Another passenger told Hansen he had seen the woman earlier and he thought she had Alzheimer's or some other medical condition.

The flight was apparently delayed for 45 minutes while officers removed the woman's luggage from inside the plane and and the baggage hold.

The plane was traveling from DIA to Raleigh-Durham International Airport in North Carolina.

TSA officials said the elderly woman, who has not been identified, was interviewed by police but release soon after and allowed to rebook her flight.


*By Daily Mail Reporter
Last updated at 11:55 PM on 22nd October 2010

Tony Blair’s sister-in-law has converted to Islam after having a ‘holy experience’ in Iran.

Broadcaster and journalist Lauren Booth, 43 – Cherie Blair’s half-sister – said she now wears a hijab head covering whenever she leaves her home, prays five times a day and visits her local mosque ‘when I can’.

She decided to become a Muslim six weeks ago after visiting the shrine of Fatima al-Masumeh in the city of Qom. 

‘It was a Tuesday evening and I sat down and felt this shot of spiritual morphine, just absolute bliss and joy,’ she told The Mail on Sunday. 



When she returned to Britain, she decided to convert immediately. 

‘Now I don’t eat pork and I read the Koran every day. I’m on page 60. 

‘I also haven’t had a drink in 45 days, the longest period in 25 years. The strange thing is that since I decided to convert I haven’t wanted to touch alcohol, and I was someone who craved a glass of wine or two at the end of a day.’ 

Refusing to discount the possibility that she might wear a burka, she said: ‘Who knows where my spiritual journey will take me?’ 

Before her awakening in Iran, she had been ‘sympathetic’ to Islam and has spent considerable time working in Palestine. ‘I was always impressed with the strength and comfort it gave,’ she said of the religion. 

Miss Booth, who works for Press TV, the English-language Iranian news channel, has been a vocal opponent of the war in Iraq. 

In August 2008 she travelled to Gaza by ship from Cyprus, along with 46 other activists, to highlight Israel’s blockade of the territory. She was subsequently refused entry into both Israel and Egypt. 

In 2006 she was a contestant on the ITV reality show I’m A Celebrity . . . Get Me Out Of Here!, donating her fee to the Palestinian relief charity Interpal. 

She said she hoped her conversion would help Mr Blair change his presumptions about Islam. 



Influential position: Lauren Booth hopes her conversion will have an influence on how her brother-in-law - former Prime Minister Tony Blair - views Islam. Mr Blair is pictured here with his wife - Lauren's half-sister - Cherie Blair

*By Mail On Sunday Reporter
Last updated at 11:19 AM on 24th October 2010

 

Erm...learn first~
my wish..

Dr.Nur 

saya sedar saya sangat tegar sakiti awak
saya tak mampu jaga hati awak
saya tak kuat pertahankan awak
saya cuma tak bersedia ada laki-laki dalam hidup
saya akui saya kadang-kadang sunyi...kadang-kadang sepi..
bila awak tanya...saya main-main dengan kata 'tak'
tapi saya memang tak sedar waktu tu saya...
sangat.....sangat.....sakiti awak..
saya tahu awak sangat bersabar dengan saya
saya tahu awak takkan kuat pertahankan saya..
tapi saya tak ada cara lain untuk buat awak
stop!!berhenti harapkan saya
saya cuma nak awak tahu yang..
untuk 'Cinta Saya' perlu ada Dia
tapi cara saya salah..saya kasar dengan awak
maaf atas segalanya..
saya tahu saya silap tapi saya harap..
awak teruskan hidup dengan baik
m.a.a.f 

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan carilah yang boleh menyampaikan kepadaNya (dengan mematuhi perintahNya dan meninggalkan laranganNya); dan berjuanglah pada jalan Allah (untuk menegakkan Islam) supaya kamu beroleh kejayaan." - Al-Maidah: Ayat 35

Jasad kita berasal daripada tanah. Ia harus kembali kepada asal kejadiannya untuk mencapai kepuasan.


Disebabkan itulah kita makan apa yang tumbuh daripada tanah, juga binatang-binatang yang memakan hasil tanah. Tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan semuanya tumbuh daripada tanah. Apabila jasad memperoleh sumber makanan daripada permukaan bumi, maka ia akan kenyang, tenang dan bertenaga. Ruh kita datang daripada Allah, ditiupkan ke dalam jasad. Maka ruh takkan mencapai ketenangan selagi ia belum kembali kepada Tuhan.

Untuk mencapai kepuasan ruh/jiwa/hati, tidak ada jalan lain melainkan kembali kepada penciptanya. Maka carilah jalan kembali. Bukan kembali dengan kematian jasad, tetapi kembali dengan menghidupkan hati. Ya, jiwa yang kering kontang menggambarkan jauhnya kita daripada Tuhan. Jiwa yang tak terisi dengan ruh Iman dan Taqwa akan diisi dengan keduniaan. Hakikatnya dunia itu takkan habis dikejar.


Makin kita punya harta, makin jiwa kacau tak senang duduk. Terikat dengan material....
 

Makin kita punya pangkat, makin tinggi yang ingin kita kejar dan capai...


Makin kita punya apa sahaja yang kita inginkan, makin kita inginkan sesuatu yang lebih lagi untuk kepuasan...


Hakikatnya jiwa kita menderita, tak puas dan tak mencapai ketenangan, ketenteraman.

Bukan ertinya kita harus terkurung meninggalkan dunia luar, itu adalah satu fahaman yang salah. Sebaliknya, gunakanlah apa sahaja yang ada atas dunia ini demi mencari jalan kembali kepada Allah.

Hakikat menginginkan sesuatu terbatas pada keinginan bukan karena Tuhan.....Biar jasadmu keluar mencari anugerah Allah di atas muka bumi, tapi jangan sekali-kali membiarkan hatimu melayang hilang terputus daripada pergantungan kepada Ilahi...

Jangan sekali-kali memisahkan dunia daripada Tuhan, dan meminggirkan Tuhan dalam segenap kehidupan.

Padahal Allah tak memerlukan kita, kita yang memerlukan-Nya.

"Dan kembalilah kamu kepada Tuhan kamu dengan bertaubat, serta berserah bulat-bulat kepada-Nya, sebelum kamu didatangi azab; kerana sesudah itu kamu tidak akan diberikan pertolongan." - Az-Zumar: 54


Allah telah menyeru dan akan sentiasa menjawab panggilan kita saat kita mencari-Nya.

Cuma kita yang belum benar-benar tekad untuk kembali kepada-Nya.

Atau mungkin kita sering berusaha kembali, namun dunia tetap memesongkan kita dan lebih menarik hati kita.

Maka kita tak jadi kembali.

Kita berputus asa dan tak mahu lagi mencuba untuk kembali, padahal Allah tak pernah jemu menunggu kita menyeru melainkan kita sendiri yang jemu untuk meminta dan meniti jalan menuju-Nya.

Ingat, jangan berputus asa daripada Rahmat Allah:

"Katakanlah (wahai Muhammad): "Wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan-perbuatan maksiat), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, kerana sesungguhnya Allah mengampunkan segala dosa; sesungguhnya Dia lah jua Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani." - Az-Zumar: Ayat 53


Wahai jiwa yang sentiasa menyesali diri, di ceruk manapun kau berada, apakah kau merasa bebas daripada pengawasan Allah?

Dalam keadaan manapun kau berada, adakah kau merasakan Allah tidak mengetahui isi hatimu? Sombongnya engkau tatkala kau pergi memalingkan wajahmu daripada Ilahi.

Sedangkan Dia tak pernah menutup pintu taubat bagimu.

Maka wahai manusia, kembalilah kepada Tuhanmu. Jika kau tak temui jalan, carilah... Kau tidak bertemu kerana kau tidak mencari.

i luv islam~

pilihan akan dibuat...:)~
tapi pilihan itu akan dibuat pada jalan kemuliaan..
kata mereka itu cinta....tapi kataku itu dariNya

 
  
"Ingatlah, hanya dengan mengingati Allahlah hati menjadi tenteram." ( Surah ar-Ra'd: Ayat 28) 

Agaknya, bagaimana pula jika Allah mencintai seseorang?

Dalam satu hadis, Rasulullah SAW pernah bersabda :

"Sesungguhnya Allah SWT jika mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata: 
           "Wahai Jibril, aku mencintai orang ini maka cintailah dia!" 

Maka Jibril pun mencintainya, lalu Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata: 
           "Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintai dia." 

Maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh segenap makhluk Allah di muka bumi ini." (Hadis Riwayat Bukhari)

MasyaAllah! Lihatlah cinta Allah..Sungguh luar biasa hebatnya ^^,
 

1. Wanita kategori liar.
Inilah jenis wanita yang sering dinasihati oleh mana-mana ibu untuk dijauhi. Pada awalnya, perhubungan dengan wanita sebegini sememangnya menyeronokan.

Dia selalu melakukan sesuatu di luar jangkaan. Perasaan selalu mencuba sesuatu yang bagus, tetapi sikap cuba-cubanya tidak wujud sempadan. Kita teruja dengan kegilaannya tetapi tak kita sedar, tersadung dalam masalah yang diciptanya.
2. Wanita si Bom jangka.
Wanita bersifat bom jangka seumpama emosi yang akan meletus tanpa apa-apa amaran ketika anda menjangka semuanya terkawal.

Dia kelihatan normal luarannya sehinggalah kita menjadi sasarannya.

Individu seperti ini bukan sahaja menjadi bom jangka dalam emosi kemarahan malah emosinya akan mengubah keputusan-keputusan penting.

3. Wanita si Gula-gula
Gadis muda seumpama gula-gula yang melihat kita sebagai pembimbingnya dan menyukai kewujudan kita.
Dalam keadaan ini kita seolah-olah bertindak seperti seorang yang mengajarnya untuk menjadi wanita idaman dan cuba mencipta kehidupan yang penuh kematangan untuknya.

Hakikatnya kita sudah tertipu, gadis muda seumpama ini sebenarnya sedang menguji kuasa tarikan yang ada pada dirinya.

4. Wanita si Bintang
Wanita bersifat bintang menjadikan pasangannya sebagai jalan untuk mempopularkan atau menguntungkan dirinya semata-mata, lebih-lebih lagi jika dia mempunyai keinginan besar terhadap sesuatu yang jelas bukannya diri kita.

5. Wanita si Penggapai.
Penggapai mempunyai kedudukan kewangan lebih dari apa kita miliki dan dia menyukai keadaan demikian, ia memberi jaminan kepada dirinya.
Mengapa dia suka? Dia memilih pasangan yang bukan dalam kelompoknya agar ia memberinya ruang bergerak.

Kita menjadi sasaran jika matlamat kewangannya gagal, dan kita dilihat sebagi punca terbazir masanya sekadar untuk aktiviti bersama.

Dia cenderung mengatakan setiap usahanya adalah untuk kebahagian bersama.

6. Wanita yang Tercedera.
Hubungan yang terjejas menjadikan wanita dalam kategori ini tercedera emosinya sepanjang masa.

Kewujudan kita adalah kapal persinggahannya sementara baginya untuk memikirkan kesilapannya, apa yang terjadi, siapakah dia dan apa yang perlu dilakukannya.

Sepanjang kita menjadi pasangannya, kita mendengar segala kisah buruknya. Kita akan menjadi pendengar setia kisah sedihnya semalam, hari ini dan esok.

Dalam jangkaan kita kewujudannya untuk menyintai kita, tetapi dia lebih memikirkan keadaan dirinya.



-----------------------------------------------------------------------------------------------------



*scientifically not proven...so............................. 

Puteri:)~

PadaMu kuberserah andai pengorbanan itu mahar keredhaanMu untukku karena saat Kau hadirkan pertemuan, telahku redha untuk sebuah perpisahan..andai kehadiran dianggap menyusahkan, moga pemergian menghembuskan ketenangan....dan apabila benih subur karena ukhuwah, biar jatuh gugur dalam mahabbah. Karena daun yang jatuh takkan sekali-kali membenci angin. &  hatiku aman dengan janjiNya....


"..Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya." Fussilat:46

بسم الله الرحمن الرحيم 

Senyum. Bahagia. Tenang.
Ke mana perginya hari-hari gelap itu? Hilangnya tidak disedari. 
Lesapnya tidak mengesankan lagi.

Alhamdulillah. Akhirnya, detik-detik hitam itu sudah berlalu.

Pasti. Semua orang pastinya pernah diuji dengan pelbagai jenis dugaan. Semua tak terkecuali.

Namun, tanda perhatian dan kasih sayang Allah pada hamba-hamba-Nya ini seringkali disalah tafsirkan sebagai kemusnahan, disalah ertikan sebagai perhentian terakhir hidup bagi mereka yang lemah akal dan jiwanya.

Tidak, aku tidak akan sekali-kali menyalahkan mereka. Kelemahan adalah sebahagian 'anggota' manusia, ketidaksempurnaan pula ada 'nama timangan' mereka.

Dulu, ada satu kisah tentang rama-rama. Sering aku kisahkan cerita ini pada mereka yang dirundum kesedihan.

Dengan kisah ini jualah, terselit sekelumit harapan untuk menyisip secebis kekuatan buat mereka yang lemah.

Memang, aku tidak mampu menyanyikan lagu 'Semangat Yang Hilang' untuk mengobarkan kembali semangat mereka, aku juga tidak dapat memberi preskripsi ubat untuk menghilangkan ingatan-ingatan buruk itu, malah aku tidak akan mungkin punya kuasa ajaib untuk mengubah takdir jika bukan diri mereka sendiri yang ingin bangkit mengubah segalanya.

Rama-rama bagiku cukup simbolik. Ia lambang perjuangan hidup. Ia terbang mengibarkan kepak warna-warninya yang indah dan memukau setiap mata yang memandang.

Namun, dulunya rama-rama ini tak lebih dari seekor beluncas.

Ya, seekor beluncas yang dibenci, dianggap perosak dan sering dijauhi.

Namun, kemudian berubah menjadi kepompong sebelum bertransformasi menjadi seekor rama-rama yang cantik.

Kisah rama-rama ini kisah benar, bukan rekayasa atau hikayat dongeng penuh fantasi tetapi lebih kepada teori logik, sebuah cerita saintifik.

Pernah, terdapat sekumpulan saintis sedang membuat kajian terhadap rama-rama. Mereka memerhatikan dengan teliti proses bagaimana seekor rama-rama keluar dari kepompongnya.

Ia kelihatan seperti kepayahan, terseksa untuk mengeluarkan diri.

Berjam-jam lamanya, rama-rama ini mencuba, mencuba, dan terus mencuba untuk keluar dari kepompong yang kecil itu.

Akhirnya, ia berhasil. Rama-rama ini pun terbang ke sana dan ke mari seolah-olah meraikan kebebasannya.

Saintis-saintis muda ini kemudian beralih kepada rama-rama yang lain.

Mereka sepakat untuk membantu mengeluarkan rama-rama ini dari kepompongnya dengan menggunting kepompong tersebut.

Rama-rama ini berhasil 'di'keluarkan dengan mudahnya.

Namun, tahukah kamu apa yang terjadi dengan rama-rama ini?

Tidak, ia tidak mati. Ia masih hidup, ia meneruskan hidupnya dalam keadaan cacat seumur hidup.

Ia tidak berupaya untuk terbang, tidak akan pernah mampu terbang seperti layaknya. Bukankah ini lebih malang?

Ternyata, segala kesukaran serta kepayahan ketika berusaha keluar dari kepompong itulah yang memberi kekuatan bagi seekor rama-rama untuk terbang.

Hakikatnya, apa yang tidak membunuh kita itulah yang melangsungkan kehidupan ini. Kita tidak akan kenal bahagia sebelum melalui sengsara, tidak kenal cinta sebelum faham erti benci, tidak menghargai senyuman tanpa air mata pedih.

Kitaran hidup ini perlu didalami, jatuh bangunnya, turun naiknya, takdir dan karma. Tentu, kata–kata ini sering kita dengar di mana-mana, "setiap yang berlaku pasti ada hikmah disebaliknya".

Ini bukan kata-kata kosong yang palsu. Bukan. Tetapi, jangan pula tanyakan padaku, bila dan bagaimana?

Tetapi bersabarlah. Airmata tidak abadi, kering suatu masa nanti. Percayalah, keajaiban itu pasti ada....:)~


 

.:muDahkanLah:.

 
       اللَّهُمَّ لا سَهْل إِلاَّما جَعَلْتَهُ سَهْلاً، وأنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إذَا شِئْت سَهْلَ    
 

Hadith dari rasulullah SAW yang diriwayatkan daripada Abu Dar Al Ghaffari..

'Saya telah di wasiatkan oleh kekasih saya dengan 4 perkara yang saya kira lebih merupakan perkara yang cukup saya ingati lebih saya cintai daripada dunia dan seluruh isi kandungannya..

  • teguhkanlah bahteramu karena lautan yang bakal kamu harungi itu terlalu dalam
  • banyakkan bekalanmu karena perjalananmu cukup jauh
  • ringankan belakangmu karena yang didaki itu terlalu curam
  • ikhlaskanlah segala amal perbuatanmu karena yang menilai, yang memeriksa itu amat mengetahui, amat melihat apa yang kita lakukan...' 
   

“Apa nak jadi dengan kau ni Along? Bergaduh! Bergaduh! Bergaduh! Kenapa kau degil sangat ni? Tak boleh ke kau buat sesuatu yang baik, yang tak menyusahkan aku?”, marah ibu. Along hanya membungkam. Tidak menjawab sepatah apapun. “Kau tu dah besar Along. Masuk kali ni dah dua kali kau ulang ambil SPM, tapi kau asyik buat hal di sekolah. Cuba la kau ikut macam Angah dengan Alang tu. Kenapa kau susah sangat nak dengar nasihat orang hah?”, leter ibu lagi.



Suaranya kali ini sedikit sebak bercampur marah. Along terus membatukan diri.. Tiada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Seketika dia melihat si ibu berlalu pergi dan kembali semula dengan rotan di tangannya. Kali ini darah Along mula menderau. Dia berdoa dalam hati agar ibu tidak memukulnya lagi seperti selalu. “Sekarang kau cakap, kenapa kau bergaduh tadi? Kenapa kau pukul anak pengetua tu? Cakap Along, cakap!” Jerkah ibu. Along semakin berdebar-debar namun dia tidak dapat berkata-kata. Suaranya bagai tersekat di kerongkong. Malah, dia juga tidak tahu bagaimana hendak menceritakan hal sebenar. Si ibu semakin bengang. ” Jadi betul la kau yang mulakan pergaduhan ye!? Nanti kau, suka sangat cari penyakitkan, sekarang nah, rasakan!” Si ibu merotan Along berkali-kali dan berkali-kali jugaklah Along menjerit kesakitan.



“Sakit bu…sakit.. ..maafkan Along bu, Along janji tak buat lagi….Bu, jangan pukul bu…sakit bu…” Along meraung meminta belas si ibu agar tidak merotannya lagi. “Tau sakit ye, kau bergaduh kat sekolah tak rasa sakit?” Balas ibu lagi. Kali ini semakin kuat pukulan si ibu menyirat tubuh Along yang kurus itu. “Bu…ampunkan Along bu…bukan Along yang mulakan…bukan Along….bu, sakit bu..!!”, rayu Along dengan suara yang tersekat-sekat menahan pedih. Along memaut kaki si ibu. Berkali-kali dia memohon maaf daripada ibunya namun siratan rotan tetap mengenai tubuhnya. Along hanya mampu berdoa. Dia tidak berdaya lagi menahan tangisnya. Tangis bukan kerana sakitnya dirotan, tapi kerana memikirkan tidak jemukah si ibu merotannya setiap hari. Setelah hatinya puas, si ibu mula berhenti merotan Along. Tangan Along yang masih memaut kakinya itu di tepis kasar. Along menatap mata ibu. Ada manik-manik kaca yang bersinar di kelopak mata si ibu. Along memandang dengan sayu. Hatinya sedih kerana telah membuatkan ibunya menangis lagi kerananya.



Malam itu, Along berjaga sepanjang malam. Entah mengapa matanya tidak dapat dilelapkan. Dia asyik teringatkan peristiwa dirotan ibu petang tadi. Begitulah yang berlaku apabila ibu marahkannya. Tapi kali ini marah ibu sangat memuncak. Mungkin kerana dia menumbuk anak pengetua sewaktu di sekolah tadi menyebabkan pengetua hilang sabar dan memanggil ibunya ke sekolah untuk membuat aduan kesekian kalinya. Sewaktu di bilik pengetua, Along sempat menjeling ibu di sebelah. Namun, dia tidak diberi kesempatan untuk bersuara. Malah, semua kesalahan itu di dilemparkan kepadanya seorang. Si Malik anak pengetua itu bebas seolah-olah sedikit pun tidak bersalah dalam hal ini. Along mengesat sisa-sisa air mata yang masih bertakung di kelopak matanya. Dia berlalu ke meja tulis mencapai minyak sapu lalu disapukan pada bekas luka yang berbirat di tubuhnya dek rotanan ibu tadi. Perlahan-lahan dia menyapu ubat namun masih tetap terasa pedihnya. Walaupun sudah biasa dirotan, namun tidak seteruk kali ini Along merebahkan badannya.



Dia cuba memejamkan mata namun masih tidak mahu lelap. Seketika wajah ibu menjelma diruang ingatannya. Wajah ibu suatu ketika dahulu sangat mendamaikan pada pandangan matanya. Tetapi, sejak dia gagal dalam SPM, kedamaian itu semakin pudar dan hanya kelihatan biasa dan kebencian di wajah tua itu. Apa yang dibuat serba tidak kena pada mata ibu. Along sedar, dia telah mengecewakan hati ibu dahulu kerana mendapat keputusan yang corot dalam SPM. Tetapi Along tidak pernah ambil hati dengan sikap ibu walau adakalanya kata-kata orang tua itu menyakiti hatinya. Along sayang pada ibu. Dialah satu-satunya ibu yang Along ada walaupun kasih ibu tidak semekar dahulu lagi. Along mahu meminta maaf. Dia tidak mahu menjadi anak derhaka. Fikirannya terlalu cacamarba, dan perasaannya pula semakin resah gelisah. Akhirnya, dalam kelelahan melayani perasaan, Along terlelap juga.



Seminggu selepas peristiwa itu, si ibu masih tidak mahu bercakap dengannya. Jika ditanya, hanya sepatah dijawab ibu.. Itupun acuh tidak acuh sahaja. Pulang dari sekolah, Along terus menuju ke dapur. Dia mencangak mencari ibu kalau-kalau orang kesayangannya itu ada di situ. Along tersenyum memandang ibu yang terbongkok-bongkok mengambil sudu di bawah para dan kemudian mencacap makanan yang sedang dimasak itu. Dia nekad mahu menolong. Mudah-mudahan usahanya kali ini berjaya mengambil hati ibu. Namun, belum sempat dia melangkah ke dapur, adik perempuannya yang baru pulang daripada mengaji terus meluru ke arah ibu. Along terperanjat dan cuba berselindung di sebalik pintu sambil memerhatikan mereka..


” Ibu..ibu masak apa ni? Banyaknya lauk, ibu nak buat kenduri ye!?” Tanya Atih kehairanan. Dia tidak pernah melihat ibunya memasak makanan yang pelbagai jenis seperti itu. Semuanya enak-enak belaka. Si ibu yang lincah menghiris sayur hanya tersenyum melihat keletah anak bongsunya itu. Sementara Along disebalik pintu terus memerhatikan mereka sambil memasang telinganya. “Ibu, Atih nak rasa ayam ni satu boleh?” ” Eh jangan, nanti dulu. Ibu tau Atih lapar, tapi tunggulah Kak Ngah dengan Alang balik dulu. Nanti kita makan sekali. Pergi naik atas mandi dan tukar baju dulu ye!”, si ibu bersuara lembut. Along menarik nafas panjang dan melepaskannya perlahan. ‘anak-anak kesayangan ibu nak balik rupanya..’ bisik hati kecil Along. “Kak Ngah dengan Alang nak balik ke ibu?”, soalnya lagi masih belum berganjak dari dapur. Si ibu mengangguk sambil tersenyum. Di wajahnya jelas menampakkan kebahagiaan. “Oooo patutlah ibu masak lauk banyak-banyak. Mmm bu, tapi Atih pelik la. Kenapa bila Along balik, ibu tak masak macam ni pun?”. Along terkejut mendengar soalan Atih Namun dia ingin sekali tahu apa jawapan dari ibunya. “Along kan hari-hari balik rumah? Kak Ngah dengan Alang lain, diorang kan duduk asrama, balik pun sebulan sekali ja!”, terang si ibu.. “Tapi, ibu tak penah masak lauk macam ni dekat Along pun..”, soal Atih lagi.



Dahinya sedikit berkerut dek kehairanan. Along mula terasa sebak. Dia mengakui kebenaran kata-kata adiknya itu namun dia tidak mahu ada perasaan dendam atau marah walau secalit pun pada ibu yang sangat disayanginya. “Dah tu, pergi mandi cepat. Kejap lagi kita pergi ambil Kak Ngah dengan Alang dekat stesen bas.” , arah ibu. Dia tidak mahu Atih mengganggu kerja-kerjanya di dapur dengan menyoal yang bukan-bukan. Malah ibu juga tidak senang jika Atih terus bercakap tentang Along. Pada ibu, Along anak yang derhaka yang selalu menyakiti hatinya…. Apa yang dikata tidak pernah didengarnya. Selalu pula membuat hal di sekolah mahupun di rumah. Disebabkan itulah ibu semakin hilang perhatian pada Along dek kerana marah dan kecewanya.



Selepas ibu dan Atih keluar, Along juga turut keluar. Dia menuju ke Pusat Bandar sambil jalan-jalan buat menghilangkan tekanannya. Tiba di satu kedai, kakinya tiba-tiba berhenti melangkah Matanya terpaku pada sepasang jubah putih berbunga ungu yang di lengkapi dengan tudung bermanik. ‘Cantiknya, kalau ibu pakai mesti lawa ni…..’ Dia bermonolog sendiri. Along melangkah masuk ke dalam kedai itu. Sedang dia membelek-belek jubah itu, bahunya tiba-tiba disentuh seseorang. Dia segera menoleh. Rupa-rupanya itu Fariz, sahabatnya. “La…kau ke, apa kau buat kat sini?”, tanya Along ingin tahu sambil bersalaman dengan Fariz…. “Aku tolong jaga butik kakak aku. Kau pulak buat apa kat sini?”, soalnya pula. “Aku tak de buat apa-apa, cuma nak tengok-tengok baju ni. Aku ingat nak kasi mak aku!”, jelas Along jujur. “waa…bagus la kau ni Azam. Kalau kau nak beli aku bagi less 50%. Macammana?” Terlopong mulut Along mendengar tawaran Fariz itu.



“Betul ke ni Riz? Nanti marah kakak kau!”, Along meminta kepastian. “Untuk kawan baik aku, kakak aku mesti bagi punya!”, balas Fariz meyakinkannya. “Tapi aku kena beli minggu depan la. Aku tak cukup duit sekarang ni.” Cerita Along agak keseganan. Fariz hanya menepuk mahunya sambil tersenyum. “Kau ambik dulu, lepas tu kau bayar sikit-sikit. ” Kata Fariz .. Along hanya menggelengkan kepala tanda tidak setuju.. Dia tidak mahu berhutang begitu. Jika ibunya tahu, mesti dia dimarahi silap-silap dipukul lagi.. “Dekat kau ada berapa ringgit sekarang ni?”, soal Fariz yang benar-benar ingin membantu sahabatnya itu. Along menyeluk saku seluarnya dan mengeluarkan dompet berwarna hitam yang semakin lusuh itu. “Tak sampai sepuluh ringgit pun Riz, tak pe lah, aku datang beli minggu depan. Kau jangan jual dulu baju ni tau!”, pesan Along bersungguh-sungguh. Fariz hanya mengangguk senyum.



Hari semakin lewat. Jarum pendek sudah melangkaui nombor tujuh. Setelah tiba, kelihatan Angah dan Alang sudah berada di dalam rumah. Mereka sedang rancak berbual dengan ibu di ruang tamu. Dia menoleh ke arah mereka seketika kemudian menuju ke dapur. Perutnya terasa lapar sekali kerana sejak pulang dari sekolah petang tadi dia belum makan lagi. Penutup makanan diselak. Syukur masih ada sisa lauk-pauk yang ibu masak tadi bersama sepinggan nasi di atas meja. Tanpa berlengah dia terus makan sambil ditemani Si Tomei, kucing kesayangan arwah ayahnya. “Baru nak balik waktu ni? Buat hal apa lagi kat luar tu?”, soalan ibu yang bernada sindir itu tiba-tiba membantutkannya daripada menghabiskan sisa makanan di dalam pinggan. “Kenapa tak makan kat luar ja? Tau pulak, bila lapar nak balik rumah!”, leter ibu lagi. Along hanya diam. Dia terus berusaha mengukir senyum dan membuat muka selamber seperti tidak ada apa-apa yang berlaku. Tiba-tiba Angah dan Alang menghampirinya di meja makan. Mereka berdiri di sisi ibu yang masih memandang ke arahnya seperti tidak berpuas hati. “Along ni teruk tau. Suka buat ibu susah hati. Kerana Along, ibu kena marah dengan pengetua tu.” Marah Angah, adik perempuannya yang sedang belajar di MRSM. Along mendiamkan diri. Diikutkan hati, mahu saja dia menjawab kata-kata adiknya itu tetapi melihat kelibat ibu yang masih di situ, dia mengambil jalan untuk membisu sahaja. “Along! Kalau tak suka belajar, berhenti je la."



"Buat je kerja lain yang berfaedah daripada menghabiskan duit ibu”, sampuk Alang, adik lelakinya yang menuntut di sekolah berasrama penuh. Kali ini kesabarannya benar-benar tercabar. Hatinya semakin terluka melihat sikap mereka semua. Dia tahu, pasti ibu mengadu pada mereka. Along mengangkat mukanya memandang wajah ibu. Wajah tua si ibu masam mencuka. Along tidak tahan lagi. Dia segera mencuci tangan dan meluru ke biliknya.



Perasaannya jadi kacau. Fikirannya bercelaru. Hatinya pula jadi tidak keruan memikirkan kata-kata mereka. Along sedar, kalau dia menjawab, pasti ibu akan semakin membencinya. Along nekad, esok pagi-pagi, dia akan tinggalkan rumah. Dia akan mencari kerja di Bandar. Kebetulan cuti sekolah selama seminggu bermula esok. Seperti yang dinekadkan, pagi itu selesai solat subuh, Along terus bersiap-siap dengan membawa beg sekolah berisi pakaian, Along keluar daripada rumah tanpa ucapan selamat. Dia sekadar menyelitkan nota buat si ibu menyatakan bahawa dia mengikuti program sekolah berkhemah di hutan selama seminggu. Niatnya sekadar mahu mencari ketenangan selama beberapa hari justeru dia terpaksa berbohong agar ibu tidak bimbang dengan tindakannya itu. Along menunggang motorsikalnya terus ke Pusat Bandar untuk mencari pekerjaan. Nasib menyebelahinya, tengah hari itu, dia diterima bekerja dengan Abang Joe sebagai pembantu di bengkel membaiki motorsikal dengan upah lima belas ringgit sehari, dia sudah rasa bersyukur dan gembira.



Gembira kerana tidak lama lagi, dia dapat membeli jubah untuk ibu. Hari ini hari ke empat Along keluar daripada rumah. Si ibu sedikit gelisah memikirkan apa yang dilakukan Along di luar. Dia juga berasa agak rindu dengan Along. Entah mengapa hati keibuannya agak tersentuh setiap kali terpandang bilik Along. Tetapi kerinduan dan kerisauan itu terubat apabila melihat gurau senda anak-anaknya yang lain.

Seperti selalu, Along bekerja keras membantu Abang Joe di bengkelnya. Sikap Abang Joe yang baik dan kelakar itu sedikit sebanyak mengubat hatinya yang luka. Abang Joe baik. Dia banyak membantu Along antaranya menumpangkan Along di rumahnya dengan percuma. “Azam, kalau aku tanya kau jangan marah k!”, soal Abang Joe tiba-tiba sewaktu mereka menikmati nasi bungkus tengah hari itu.. “Macam serius jer bunyinya Abang Joe?” Along kehairanan. “Sebenarnya, kau lari dari rumah kan ?” Along tersedak mendengar soalan itu. Nasi yang disuap ke dalam mulut tersembur keluar Matanya juga kemerah-merahan menahan sedakan. Melihat keadaan Along itu, Abang Joe segera menghulurkan air. “Kenapa lari dari rumah? Bergaduh dengan parents?” Tanya Abang Joe lagi cuba menduga. Soalan Abang Joe itu benar-benar membuatkan hati Along sebak. Along mendiamkan diri. Dia terus menyuap nasi ke dalam mulut dan mengunyah perlahan.



Dia cuba menundukkan mukanya cuba menahan perasaan sedih. “Azam, kau ada cita-cita tak…ataupun impian ker…?” Abang Joe mengubah topik setelah melihat reaksi Along yang kurang selesa dengan soalannya tadi.. ” Ada ” jawab Along pendek “Kau nak jadi apa besar nanti? Jurutera? Doktor? Cikgu? Pemain bola? Mekanik macam aku….atau. …” Along menggeleng-gelengka n kepala. “semua tak…Cuma satu je, saya nak mati dalam pangkuan ibu saya.” Jawab Along disusuli ketawanya. Abang Joe melemparkan tulang ayam ke arah Along yang tidak serius menjawab soalannya itu. ” Ala , gurau ja la Abang Joe. Sebenarnya.. ..saya nak bawa ibu saya ke Mekah dan…saya.. ..saya nak jadi anak yang soleh!”. Perlahan sahaja suaranya namun masih jelas didengari telinga Abang Joe. Abang Joe tersenyum mendengar jawapannya. Dia bersyukur di dalam hati kerana mengenali seorang anak yang begitu baik. Dia sendiri sudah bertahun-tahun membuka bengkel itu namun belum pernah ada cita-cita mahu menghantar ibu ke Mekah.



Setelah tamat waktu rehat, mereka menyambung kerja masing-masing. Tidak seperti selalu, petang itu Along kelihatan banyak berfikir. Mungkin terkesan dengan soalan Abang Joe sewaktu makan tadi. “Abang Joe, hari ni, saya nak balik rumah …terima kasih banyak kerana jaga saya beberapa hari ni”, ucap Along sewaktu selesai menutup pintu bengkel. Abang Joe yang sedang mencuci tangannya hanya mengangguk. Hatinya gembira kerana akhirnya anak muda itu mahu pulang ke pangkuan keluarga. Sebelum berlalu, Along memeluk lelaki bertubuh sasa itu. Ini menyebabkan Abang Joe terasa agak sebak “Abang Joe, jaga diri baik-baik. Barang-barang yang saya tinggal kat rumah Abang Joe tu, saya hadiahkan untuk Abang Joe.” Kata Along lagi “Tapi, kau kan boleh datang bila-bila yang kau suka ke rumah aku!?”, soal Abang Joe. Dia risau kalau-kalau Along menyalah anggap tentang soalannya tadi. Along hanya senyum memandangnya. “Tak apa, saya bagi kat Abang Joe. Abang Joe, terima kasih banyak ye! Saya rasa tak mampu nak balas budi baik abang. Tapi, saya doakan perniagaan abang ni semakin maju.” Balasnya dengan tenang. Sekali lagi Abang Joe memeluknya bagai seorang abang memeluk adiknya yang akan pergi jauh.



Berbekalkan upahnya, Along segera menuju ke butik kakak Fariz untuk membeli jubah yang diidamkannya itu. Setibanya di sana , tanpa berlengah dia terus ke tempat di mana baju itu disangkut. ” Hey Azam, mana kau pergi? Hari tu mak kau ada tanya aku pasal kau. Kau lari dari rumah ke?”, soal Fariz setelah menyedari kedatangan sahabatnya itu Along hanya tersengeh menampakkan giginya. “Zam, mak kau marah kau lagi ke? Kenapa kau tak bagitau hal sebenar pasal kes kau tumbuk si Malik tu?” “Tak pe lah, perkara dah berlalu….lagipun, aku tak nak ibu aku terasa hati kalau dia dengar tentang perkara ni”, terang Along dengan tenang. “Kau jadi mangsa. Tengok, kalau kau tak bagitau, mak kau ingat kau yang salah”, kata Fariz lagi. “Tak apa lah Riz, aku tak nak ibu aku sedih. Lagipun aku tak kisah.” “Zam..kau ni…..” “Aku ok, lagipun aku sayang dekat ibu aku. Aku tak nak dia sedih dan ingat kisah lama tu.” Jelas Along memotong kata-kata si sahabat yang masih tidak berpuas hati itu. “Aku nak beli jubah ni Riz. Kau tolong balutkan ek, jangan lupa lekat kad ni sekali, k!”, pinta Along sambil menyerahkan sekeping kad berwarna merah jambu. “No problem…tapi, mana kau dapat duit? Kau kerja ke?” , soal Fariz ingin tahu. “Aku kerja kat bengkel Abang Joe… Jadi pembantu dia”, terang Along. “Abang Joe mana ni?” “Yang buka bengkel motor kat Jalan Selasih sebelah kedai makan pakcik kantin kita tu!”, jelas Along dengan panjang lebar. Fariz mengangguk . “Azam, kau nak bagi hadiah ni kat mak kau bila?” “Hari ni la…” balas Along. “Ooo hari lahir ibu kau hari ni ek?” “Bukan, minggu depan…” “Habis?. Kenapa kau tak tunggu minggu depan je?”, soal Fariz lagi. “Aku rasa hari ni je yang yang sempat untuk aku bagi hadiah ni. Lagipun, aku harap lepas ni ibu aku tak marah aku lagi.” Jawabnya sambil mengukir senyum.



Along keluar daripada kedai. Kelihatan hujan mulai turun. Namun Along tidak sabar menunggu untuk segera menyerahkan hadiah itu untuk ibu. Sambil menunggang, Along membayangkan wajah ibu yang sedang tersenyum menerima hadiahnya itu. Motosikalnya sudah membelok ke Jalan Nuri II. Tiba di simpang hadapan lorong masuk ke rumahnya, sebuah kereta wira yang cuba mengelak daripada melanggar seekor kucing hilang kawalan dan terus merempuh Along dari depan yang tidak sempat mengelak. Akibat perlanggaran yang kuat itu, Along terpelanting ke tengah jalan dan mengalami hentakan yang kuat di kepala dan belakangnya. Topi keledar yang dipakai mengalami retakan dan tercabut daripada kepalanya, Along membuka matanya perlahan-lahan dan terus mencari hadiah untuk si ibu dan dengan sisa kudrat yang ada, dia cuba mencapai hadiah yang tercampak berhampirannya itu. Dia menggenggam kuat cebisan kain dan kad yang terburai dari kotak itu. Darah semakin membuak-buak keluar dari hidungnya. Kepalanya juga terasa sangat berat, pandangannya berpinar-pinar dan nafasnya semakin tersekat-sekat. Dalam keparahan itu, Along melihat kelibat orang-orang yang sangat dikenalinya sedang berlari ke arahnya. Serta merta tubuhnya terus dirangkul seorang wanita. Dia tahu, wanita itu adalah ibunya. Terasa bahagia sekali apabila dahinya dikucup saat itu. Along gembira. Itu kucupan daripada ibunya. Dia juga dapat mendengar suara Angah, Alang dan Atih memanggil-manggil namanya. Namun tiada suara yang keluar dari kerongkongnya saat itu. Along semakin lemah. Namun, dia kuatkan semangat dan cuba menghulurkan jubah dan kad yang masih digenggamannya itu. “Ha..hadiah. …untuk. ….ibu.. ……….” ucapnya sambil berusaha mengukir senyuman.



Senyuman terakhir buat ibu yang sangat dicintainya. Si ibu begitu sebak dan sedih. Si anak dipeluknya sambil dicium berkali-kali. Air matanya merembes keluar bagai tidak dapat ditahan lagi. Pandangan Along semakin kelam. Sebelum matanya tertutup rapat, terasa ada air hangat yang menitik ke wajahnya. Akhirnya, Along terkulai dalam pangkuan ibu dan dia pergi untuk selama-lamanya.

Selesai upacara pengebumian, si ibu terus duduk di sisi kubur Along bersama Angah, Alang dan Atih. Dengan lemah, wanita itu mengeluarkan bungkusan yang hampir relai dari beg tangannya. Sekeping kad berwarna merah jambu bertompok darah yang kering dibukanya lalu dibaca. ‘Buat ibu yang sangat dikasihi, ampunkanlah salah silap along selama ini. Andai along melukakan hati ibu, along pinta sejuta kemaafan. Terimalah maaf along bu..Along janji tak kan membuatkan ibu marah lagi. Ibu, Along sayang ibu selama-lamanya. Selamat hari lahir ibu… dan terimalah hadiah ini…..UNTUKMU IBU!’ Kad itu dilipat dan dicium. Air mata yang bermanik mula berjurai membasahi pipi. Begitu juga perasaan yang dirasai Angah, Alang dan Atih. Masing-masing berasa pilu dan sedih dengan pemergian seorang abang yang selama ini disisihkan. Sedang melayani perasaan masing-masing, Fariz tiba-tiba muncul. Dia terus mendekati wanita tua itu lalu mencurahkan segala apa yang dipendamnya selama ini. “Makcik, ampunkan segala kesalahan Azam. Azam tak bersalah langsung dalam kes pergaduhan tu makcik. Sebenarnya, waktu Azam dan saya sibuk menyiapkan lukisan, Malik datang dekat kami Dia sengaja cari pasal dengan Azam dengan menumpahkan warna air dekat lukisan Azam. Lepas tu, dia ejek-ejek Azam. Dia cakap Azam anak pembunuh.



Bapa Azam seorang pembunuh dan .. dia jugak cakap, ibunya seorang perempuan gila..” cerita Fariz dengan nada sebak. Si ibu terkejut mendengarnya. Terbayang di ruang matanya pada ketika dia merotan Along kerana kesalahan menumbuk Malik. “Tapi, kenapa arwah tidak ceritakan pada makcik Fariz?” Soalnya dengan sedu sedan. “Sebab…..dia tak mahu makcik sedih dan teringat kembali peristiwa dulu. Dia cakap, dia tak nak makcik jatuh sakit lagi, dia tak nak mengambil semua ketenangan yang makcik ada sekarang…walaupun dia disalahkan, dia terima. Tapi dia tak sanggup tengok makcik dimasukkan ke hospital sakit jiwa semula….” Terang Fariz lagi. Dia berasa puas kerana dapat menyatakan kebenaran bagi pihak sahabatnya itu.



Si ibu terdiam mendengar penjelasan Fariz. Terasa seluruh anggota badannya menjadi Lemah. Berbagai perasaan mencengkam hatinya. Sungguh hatinya terasa sangat pilu dan terharu dengan pengorbanan si anak yang selama ini dianggap derhaka.

Jangan...:)~

 
jangan cinta kerana dia lelaki..
kelak kita akan membenci..
jika dia bukan lelaki yang dicari..
hanya pandai menabur janji..


jangan dirindu pada paras rupa..
kelak kita akan terseksa..
jika dia tidak sebaik rupanya..
senyumnya manis tipu belaka..

 
jangan disayang kerana berharta..
kelak kita hidup menderita..
jika hartanya habis dibelanja..
sukarnya hidup miskin dan papa..


jangan dikasih kerana dipuji..
kelak kita menagih janji..
jika rupa berkedut dimamah hari..
hilang sudah puji memuji..

 
jangan dicari seorang kekasih..
kelak kita akan disisih..
jika kasih luntur bersih..
menangislah diri hidup bersedih..

 
jangan disambut salam rindu..
kelak kita menahan sendu..
jika rindu tak dapat disatu..
dimanakah akan kita mengadu..
 

jangan dilayan seorang teman..
kelak hidup menjadi ancaman..
jika teman tidak beriman..
dibakar api dihari kemudian..


wahai sahabat wahai teman..
carilah dia kerana Tuhan..
untuk menambah ceteknya iman..
bekalan diri hidup berteman..
 
 
wahai sahabat wahai teman..
cintailah dia kerana beriman..
dijadikan Tuhan sebagai pasangan..
baik buruk ketentuan Tuhan..
 
 
wahai sahabat wahai teman..
terimalah dia penuh keikhlasan..
andai buruk anggaplah dugaan..
andai baik pujilah Tuhan..
 
 
wahai sahabat wahai teman..
ingatlah akan janji Tuhan..
isteri yang baik besar balasan..
suami penyabar itulah kemenangan..

syukru lillah a'la kulli hal :)
 
happy with such compliment

there's nothing else to do dear...
  i've my right to dignity  them regardless of their RANK..
finally it simply shows PURITY and HONESTY  
 feeling better...
passion can be ageless and timeless..
hope...it turns out well~ 


Suami saya adalah serorang jurutera, saya mencintai sifatnya yang semulajadi dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul dihati saya ketika bersandar dibahunya. 3 tahun dalam masa perkenalan dan 2 tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahawa saya mulai merasa letih...lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.


Saya seorang wanita yang sentimental dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindui saat-saat romantis seperti seorang anak kecil yang sentiasa mengharapkan belaian ayah dan ibunya. Tetapi, semua itu tidak pernah saya perolehi. Suami saya jauh berbeza dari yang saya harapkan. Rasa sensitifnya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam perkahwinan kami telah mematahkan semua harapan saya terhadap cinta yang ideal.


Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahawa saya inginkan penceraian. "Mengapa?"Dia bertanya dengan nada terkejut. "Siti letih, Abang tidak pernah cuba memberikan cinta yang saya inginkan." Dia diam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, nampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang lelaki yang tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang boleh saya harapkan daripadanya?



Dan akhirnya dia bertanya. "Apa yang Abang boleh lakukan untuk mengubah fikiran Siti?" Saya merenung matanya dalam-dalam dan menjawab dengan perlahan. "Siti ada 1 soalan, kalau Abang temui jawapannya didalam hati Siti, Siti akan mengubah fikiran Siti; Seandainya, Siti menyukai sekuntum bunga cantik yang ada ditebing gunung dan kita berdua tahu jika Abang memanjat gunung-gunung itu, Abang akan mati. Apakah yang Abang akan lakukan untuk Siti?"Dia termenung dan akhirnya berkata, "Abang akan memberikan jawapannya esok." Hati saya terus gundah mendengar responnya itu.


Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menenui selembar kertas dengan coretan tangannya dibawah sebiji gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan...'Sayangku, Abang tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi izinkan Abang untuk menjelaskan alasannya." Kalimah pertama itu menghancurkan hati saya.



Namun, saya masih terus ingin membacanya. "Siti boleh mengetik dikomputer dan selalu mengusik program didalamnya dan akhirnya menangis di depan monitor, Abang harus memberikan jari-jari Abang supaya boleh membantu Siti untuk memperbaiki program tersebut."



"Siti selalu lupa membawa kunci rumah ketika Siti keluar, dan Abang harus memberikan kaki Abang supaya boleh menendang pintu, dan membuka pintu untuk Siti ketika pulang.""Siti suka jalan-jalan di shopping complexs tetapi selalu tersasar dan ada ketikanya sesat di tempat-tempat baru yang Siti kunjungi, Abang harus mencari Siti dari satu lot kedai ke satu lot kedai yang lain mencarimu dan membawa Siti pulang ke rumah."

"Siti selalu sengal-sengal badan sewaktu 'teman baik' Siti datang setiap bulan, dan Abang harus memberikan tangan Abang untuk memicit dan mengurut kaki Siti yang sengal itu." "Siti lebih suka duduk di rumah, dan Abang selalu risau Siti akan menjadi 'pelik'. Dan Abang harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburkan Siti dirumah atau meminjamkan lidah Abang untuk menceritakan hal-hal kelakar yang Abang alami."



"Siti selalu menatap komputer, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesihatan mata Siti, Abang harus menjaga mata Abang agar ketika kita tua nanti, abang dapat menolong mengguntingkan kukumu dan memandikanmu."


"Tangan Abang akan memegang tangan Siti, membimbing menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu."


"Tetapi sayangku, Abang tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Kerana, Abang tidak sanggup melihat airmatamu mengalir menangisi kematian Abang." "Sayangku, Abang tahu, ada ramai orang yang boleh mencintaimu lebih daripada Abang mencintai Siti." "Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan oleh tangan, kaki, mata Abang tidak cukup bagi Siti. Abang tidak akan menahan diri Siti mencari tangan, kaki dan mata lain yang dapat membahagiakan Siti."



Airmata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuatkan tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya lagi.



"Dan sekarang, Siti telah selesai membaca jawapan Abang. Jika Siti puashati dengan semua jawapan ini, dan tetap inginkan Abang tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, Abang sekarang sedang berdiri di luar sana menunggu jawapan Siti." "Tetapi, jika Siti tidak puas hati, sayangku...biarkan Abang masuk untuk mengemaskan barang-barang Abang, dan Abang tidak akan menyulitkan hidupmu. Percayalah, bahagia Abang bila Siti bahagia."



Saya terpegun. Segera mata memandang pintu yang terkatup rapat. Lalu saya segera berlari membukakan pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah gusar sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaan saya. Oh! Kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintai saya.



Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah beransur-ansur hilang dari hati kita kerana kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam 'kewujudan' yang kita inginkan, maka cinta itu telah hadir dalam 'kewujudan' yang tidak pernah kita bayangkan sebelum ini. cuba kita ambil ikhtibar dari cerita ini..:)


http://www.facebook.com/note.php?note_id=147334585305032&id=100000242815171 

*tanda kasih yg abadi.....dalam susah juga dalam kesempitan....:) terkadang kasih sesama insan bisa menngundang keredhaan Tuhan......jika insan beriman dan memuliakanNya...

Salman al-Farisi menceritakan ,pada suatu hari puteri kesayangan Rasulullah SAW, Fatimah az-Zahra pergi ke rumah bapanya dengan wajah pucat dan menangis.Dia kemudian bercerita kepada bapanya,

"Ayah,semalam saya dan Ali bergurau dan bercakap-cakap .Tiba-tiba terkeluar kata-kata yang membuatkan dia marah.Saya sedih,menyesal dan merayu meminta maaf dengannya.Saya mengelilinginya sebanyak 70 kali sehingga dia reda dan tersenyum semula.Saya takut kemurkaan Tuhan."

   Rasulullah menjawab."anakku ,demi Allah,sekiranya engkau meninggal dunia sebelum Ali memaafkanmu,aku tidak akan menyembahyangkan jenazah kamu."
  Baginda bersabda lagi,"tidakkah engkau mengerti bahawa kerelaan dan keredaan suami adalah keredaan Allah?Marahnya juga marah Allah.Perempuan yang beribadat ,jika tidak diredai suami,ibadatnya tidak akan diterima Allah."

  Sambung baginda lagi ."anakku sebaik-baik amalan wanita ialah mentaati suami dan tiada pekerjaan yang lebih afdal bagi mereka selain duduk menjahit pakaian suami( termasuk uruskn pakaian) .Orang yang menjahit pakaian untuk suami dan anaknya ,akan masuk syurga dan diberikan Allah sebuah kota di syurga sebanyak bilangan pakaian yang dpakai suami hasil usahanya itu."


  Berdasarkan secebis kisah ini dapatlah disimpulkan bahawa wanita yang bergelar isteri diwajibkan berhati-hati dengan tutur kata ketika berbicara dengan suami.Seandainya kata-kata si isteri boleh menyebabkan suami terasa hati dan marah serta tidak dapat memaafkan isteri,maka sia-sia belaka hidup si isteri kerana tiap amalnya ditolak.Ingatlah reda suami maka redalah Allah.Marah suami juga marah Allah.

  Setiap perbuatan baik seorang isteri terhadap suami adalah ibadah dan syurga adalah tempatnya.


http://www.facebook.com/note.php?note_id=163971813613335&id=128941837127584&ref=mf

About this blog

...Ya Allahu bihusnil khatimah...

Salam Taaruf :)

My photo
Malaysia
i'am nothing special..of this i'am sure i'am a commom lil girl with common thought and i've led a common life...there are no monuments dedicated to me and my name soon be forgotten..by that time, none cud tear a hole in my heart anymore..i've no complaints about my life, my path and the places HE has taken me to..enough complaints to fulfil a circumstance about other things maybe but the path i've taken has always been the right one...and i wouldn't have had it any other way :) thanks Allah for this wonderful life...the thing i'd learnt...'away from the past..the day erased...the lesson done..and i maturely grew...alhamdulillah'...

Followers

Jam Malaysia

Powered by Blogger.

Lewati U.s.i.a

Daisypath Happy Birthday tickers